Last Idul Fitri in Jogja?

Posted by seventhsky on 12/03/2003 07:55:00 AM
Hope not!

Finally... jadi juga mudik ke Jogja just because my kids... I want give 'em the best (maybe last) Idul Fitri in Jogja. That's all.

But...

* The travel... sleepless painfully. I wish I have a cherokee... :|
* Gimme a bucket of water please...
* The same atmosphere... different heart feel :|

Last but not least

* Smiles of my loviest persons in my life... invaluable prices
* Takbeer... takbeer... takbeer... how very very small I am... mercy me o Lord

|

Nggak tau mo dikasih judul apa

Posted by seventhsky on 12/03/2003 07:53:00 AM
memandang langit
biru
tempat burung-burung
menyusur angin
menembus awan-awan perak
menuju cakrawala keemasan
kembali ke kediaman abadi
benderang
ataukah
gulita

menatap langit
kelabu
tempat topan dan badai
menyapu dengan kekuatan
membilas dengan kisaran air
menghunjamkan kilat menghanguskan
meski lama namun tak selamnya
berakhir dengan segala derita
duka dan nestapa

meratap langit
hitam dan kelam
tempat bersimpuh
dalam kehinaan
melepaskan rintihan
dalam bulir-bulir air keruh
disinari cahaya redup bintang

menghadap langit
hitam legam
tempat mata terpejam
akhir dari kefanaan
akhir dari kemunafikan
akhir dari kesemuan
akhir dari penderitaan

menatap langit
berwarna warni pelangi
dengan mata lelah
memerah
resah

MBdk03122003

|

Mudik Oh Mudik

Posted by seventhsky on 11/17/2003 11:18:00 AM
Lebaran... momen yang ditunggu-tunggu oleh banyak orang, termasuk diriku. Tahun ini alhamdulillah dapat jadwal lebaran di rumah (insyaa Allah), karena tahun kemarin diriku telah lebaran di tengah-tengah rawa sini. work alone (bukan home alone). Namun ada sebuah dilema yang mau tak mau harus diselesaikan yaitu mudik! Terdapat beberapa pilihan untuk pulang mudik. Di antaranya; naik angkutan umum seperti KA, travel or pesawat, semua telah disisih menimbang nilai ekonomis, kenyamanan, dan keamanan. Pilihan yang tersisa adalah cari pinjeman mobil, sewa mobil, nebeng atau tidak mudik sama sekali. Cari pinjeman mobil sudah tak mungkin. Sewa mobil, susah ngurusnya karena diriku masih di sini disamping nilai ekonomisnya kurang. Kedua pilihan tersebut dengan sendirinya mengupa. Tinggal nebeng... yang jadi masalah, yang punya mobil bawelnya minta ampun! bikin grogi, pontang-panting, sport jantung dengan kata lain very very uncomfort biarpun nilai ekonomisnya lebih tinggi... tinggal pilihan : tidak mudik. Tapi... para buah hatiku pikiran dan hatinya telah mudik duluan sedangkan belahan jiwaku pinginnya stay... weleh, weleh, weleh.

...I wish I could fly...

berkhayal deh!

pulang nanti tugas berat telah menanti yaitu merayu dua kurcaciku... berat... berat...

|

Through Midnight to Finite

Posted by seventhsky on 10/25/2003 12:12:00 AM
Mata terasa berat namun tak ingin kuberanjak.
Namun kesadaranku memaksa...
Malam telah gulita bahkan tak lama mentari kan meraja.
Biarkan tubuhmu terlelap bersama angin malam
Mengarungi kegelapan yang dingin dan senyap
Menyiapkan raga dan jiwa untuk berperang seperti biasa
Esok bila kau masih diijinkan bernafas oleh Yang Kuasa
Tidurlah bersama bintang bulan dan desah dedaunan
Agar bila kaubangun kelak
masih ada sesimpul senyum di ujung bibirmu
Bekal melangkah melintasi hari-hari yang gersang berdebu
Tidurlah bersama rumput embun dan kepak sayap burung malam
Agar hilang segala gundah resah gelisah
Letakkan pundakmu dihamparan riak-riak kesunyian
Biarkan kepenatan terhisap bumi tempak kita menjejak
Luruh dalam-dalam timbunan kerak yang mengakar dalam kebenaran
Tidurlah bersama kata-katamu yang indah terdengar
oleh Pemilikmu Pengurusmu
bekal menghabiskan sisa-sisa usia yang kian tersita oleh masa

MBdk25102003

|

Malam Biarlah Menjadi Malam

Posted by seventhsky on 10/22/2003 10:11:00 PM
malam biarlah menjadi malam
merangkul kesunyian dalam kegelapan
desah desah lirih angin berbisik
membawa selimut dingin pada setiap jiwa
menggeliat-geliat coba cari kehangatan
tak urung berserakan dalam gulungan waktu

desir nadi menyelinap takut-takut dalam raga
berpangkal dari bilik jantung bermuara dalam hampa
berdetak lembut dalam setiap kerlingan bintang
menguap di setiap hembusan nafas keluar dari dada
musnah di udara

kelopak mata sayu satu-satu
enggan terpejam coba pudarkan rasa yang meraja
tak jua lepas hilang ke angkasa gulita
hanya semakin berat hinggap di bahu sesak di dada
menimpa bulu-bulu kuduk yang sedang menggigil
meresap merasuk di helai demi helai
langsung menyapu hati dengan satu warna : hitam kelam

derit-derit di benak penuh karat dan kerak merah dan abu-abu
tersingkap dalam raungan kesepian mengais akar kesadaran
sementara embun kian menggumpal meluncur dari ranting dan dedaunan
tak jua menjadi putih ataupun benderang

ketegaran hanya sebatas kata yang terlepas dari genggaman
yang telah usang lapuk dimakan kegetiran dan kegalauan
kesunyian tak terusik telah duduk di singgasana dengan sombonh dan pongah
sementara tonggak-tonggak nyaris patah menahan temaram yang kian pekat
di antara hembusan nafas yang telah berubah asam
di antara detak detak yang yang telah terdengar sumbang
di antara bayang-bayang hitam yang teramat hitam
terikat erat oleh rantai kesunyian bersama sang kelam
terhisap dalam kisaran tempo perlahan-lahan tenggelam dalam-dalam
malam biarlah menjadi malam
duduk termangu diam membisu terkejap kejap pedih di mata
malam biarlah menjadi malam
sesuatu tiada kan membuat satu dua perbedaan
karna aku telah tenggelam dalam gulita jauh sebelum malam tiba

"Malam Biarlah Menjadi Malam"
(MBdk22102003 into midnight)
(far and away from my light)

-{RH}-
Rudi Hartanto

|

Copyright © 2009 SeventhSky All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.